DEJAVU BENERAN!!
DEJAVU
BENERAN!!
Kalau
aku lewat dikelas bisnis, pasti ada aja yang selalu menyapa
“Bi... Biandiraaaa.” Gitu sapa nadanya seperti tiupan angin surga dari arah mana
“Bi... Biandiraaaa.” Gitu sapa nadanya seperti tiupan angin surga dari arah mana
gitu.
Dicky, pandu, nurul, wina, reza dll, sepertinya mereka punya radar penciuman
yang tajam kalau aku mau lewat di depan kelas bisnis mereka. Mereka
tuh selalu tahu kapan aku akan melewati kelas mereka, layaknya aku tuh seorang artis yang selalu ditunggu. Lalu, aku selalu memberi mereka senyuman lebar bak seorang artis menghadapi fans
tuh selalu tahu kapan aku akan melewati kelas mereka, layaknya aku tuh seorang artis yang selalu ditunggu. Lalu, aku selalu memberi mereka senyuman lebar bak seorang artis menghadapi fans
“Bi...
Biandiraaaa...” sapa dicky matanya berbinar-binar pasti ada yang dituju.
“Katanya
mau bikin vlog (video) sama aku, ayo dong bi, kapan niiih...” ajak dicky
mengingatkan rencana yang kemarin-kemarin.
“Oh
iya, nanti... nanti..., sabar aja ya...” kata ku, dengan gaya seorang artis
plus senyuman lebar masih di pasang.
“Bi...
Biandiraaa.....” Begitulah mereka selalu menyapa, yang membuat aku merasa
bangga...? bangga 100%, engga juga ah...! karena ada satu orang yang melihatku dengan
selalu pasang wajah sadis, seperti malaikat malik penjaga pintu neraka, kalau
di alam manusia kita seperti sedang menghadapi guru galak yang memberi tugas
hapalan, yang kita malas untuk menghapalkannya sampai 2 minggu lewat, dan guru
itu keburu bosan untuk mengingatkannya. Atau remedial yang berkali-kali tidak
ada bagus-bagusnya, yah semacam itulah kayaknya, bila melihat aku lewat, di
depan kelas bisnis, dia selalu pasang wajah tanpa ekspresi yang menyenangkan,
tepatnya cemberut sambil matanya melotot, sapaannya ketus banget!
“Biandira!”
begitu katanya. Lalu ia memandangi sekujur tubuhku, sambil tangannya bertolak
pinggang, namanya REZA. Kalau dia sudah ketus begitu, aku pasti harus berfikir
lebih cepat, untuk melengos atau melarikan diri lebih tepatnya kaburrr! Nggak
tahu tuh kenapa kelakuannya jadi begitu, atau memang harus begitu,? nggak tahu
juga tuh! Aku gak merasa bersalah tuuh! hhmmm... (berfikir) aku mulai paham.
Mau tahu kenapa, reza jadi seperti itu?........ gini nih ceritanya.
Once
upon a time, pada saat itu guru b.indonesiaku memberikan tugas wawancara, saat
itu aku tidak masuk dikarenakan sakit. Pak rahmat guru b.indonesia memberikan
instruksi untuk membuat kelompok dan memikirkan tema yang akan dibahas dan
membuat pertanyaan untuk setiap narasumber yang akan kita wawancarai dalam
bentuk power point. Keesokan harinya pagi-pagi sekali aku sudah sampai di
kelas.
“du,
ada pr ga?” tanyaku pada pandu.
“ada
suruh bikin pertanyaan buat narasumber dibuat dalam bentuk power point”
jawabnya.
“ooh
yang tentang wawancara ya? Udah bikin?” tanyaku
“belom
laptopnya lagi rusak” jawab pandu
“terus
gimana?” tanyaku dengan nada kebingungan.
“kelompok
andi dapat giliran lebih dahulu, kelompok kita paling akhir” jawabnya dengan
nada santai.
Lalu
andi and the gengers masuk ke kelas dengan gaya yang cool
“andi
entar kelompok lu maju kan?” tanya pandu pada andi.
“iyalah,
emangnya belum siap?” tanya andi pada pandu.
“belum”
kataku tak bersemangat.
Waktu
berjalan begitu cepat berlalu, waktu menunjukkan waktu 10.30 waktu istirahat
telah habis dan berganti dengan pelajaran b.indonesia. dengan siapnya pak
rahmat akan melihat siswanya untuk mempresentasikan tugas yang ia berikan
kemarin.
“ayo,
kelompok pertama siapa?” tanya pak rahmat
Dengan
serentak teman-teman menjawab “kelompok andi pak...”
“yang
lainnya perhatikan dan bergabung dengan kelompoknya”
Seperti
biasa aku selalu sekelompok dengan kelompok warceng (dicky, wina, pandu, nurul,
afaldi dan aku) tapi kali ini fahmi bergabung dengan kelompok warceng, jumlah
kami menjadi 7 orang.
Selagi
kelompok andi presentasi kami berdiskusi
“hmmmm
apa ya temanya,? mikir, mikir semua” kata pandu
Tik
tok tik toook tik tok tik tok tik... kemudian kami mengeluarkan ide
masing-masing.
“aha
aku ada ide, gimana kalo temanya pelecehan seksual?” kata pandu dengan muka
yang terkesima. ASSTAGFIRULLAHHALA’DZIM.
Yang
lain ikut sumbang tema dengan tema yang amat menakutkan.
“gimana
kalau temanya LGBT ?” kata pandu
“gimana
kalau PSK ?” kata dicky
“gimana
kalau Pedofilia ?” Kata dicky lagi
“eh
tambahin itu ndu, monster jahat heheheheh” kata dicky sambil tertawa
Otakku
berfikir lebih cepat, sepertinya di otakku sudah penuh dengan tema yang akan
kita bahas.
“sepertinya
berat banget ya temanya” (dalam hatiku)
“eh
apa enggak kebanyakan tuh temanya, emang pada sanggup? Nanti gimana
mengerjakannya?”
“sepertinya
kalau kita memilih tema demikian, amat menakutkan dan tidak enak untuk di
beritakan belum lagi mencari korbannya, miris banget lho.” Kataku pada teman-teman
sekelompok
“lebih
baik kita pilih satu judul aja deh yang gak susah temanya” kataku pada mereka
“iya
juga sih kalo kebanyakan, waktunya takut gak cukup” kata dicky
“kalo
tema LGBT kan, sudah sama kelompok satu” kata nurul
“huffft,
yaudah berarti kita pilih yang pelecehan seksual aja” kata pandu
“yaudah
itu aja” kataku
“kan
temanya harus tentang penyakit masyarakat, gak tahu tuuh kenapa dia terobsesi
dengan tema yang kayak gitu” kataku dalam hati. Iiih serem!
Berdiskusi
bersama mereka cukup menguras pikiran, yang tadinya dari 7 orang menjadi 3
orang. Bosan, capek, badmood, begitu alasan mereka.
“hhmm...
aku ada sih psikolog, dulu dia ngajar jadi guru BK di sekolah SMP ku, cuman
berapa bulan gitu.. trus dia pindah, tapi sempat dia ngadain test IQ gitu...”
kataku kasih saran saat mereka mencari narasumber psikolog
“emang
BK apaan sih?” kata pandu
“itu
Bimbingan Konseling gitu” kataku
“tapi
psikolog kan?” kata pandu
“beliau
sudah S2 ” kataku
“IYA!!!
Widih mantap S2, udah psikolog yang kamu bilang tadi untuk kita wawancara,
cowok apa cewek?” kata pandu dengan ekspresi yang excited
“laki-laki,
emang sih aku punya kontak no hp, pin bbm, alamat rumah, tapi aku lihat dari
gayanya kayaknya dia orangnya sibuk banget deh ndu, gak enak, itu juga kalo dia
masih ingat, klo gak ingat malu-maluin” kataku
“jangan
lihat orang dari luarnya aja, siapa tau dia seneng kita wawancara, emang
namanya siapa?” kata pandu
“namanya
pak Adinugroho apa ya aku juga lupa, entar deh aku lihat catatan buku ku dulu”
kataku
“yaudah
berarti kamu sama nurul hubungin pak didi” kata pandu menugasiku
“pak
adi ndu, bukan pak didi” kataku pada pandu.
“iya,
iya, apalah itu pokoknya gitu aja, aku, dicky sama afaldy nyari korban, kalo
urusan tokoh agama kita cari bareng-bareng” kata pandu
Pada
akhirnya kita semua sepakat dengan tema pelecehan seksual
(astaghfirullahaladzim)
“berarti
nanti pulang sekolah kita kerumah nurul ya, ngerjain tugas
pertanyaan-pertanyaan apa aja yang di ajukan ke narasumber” kata pandu
“OKEEY”
jawab teman-teman.
Dengan
kerasnya bel 3x berbunyi sampai kesemua penjuru kelas, karena hari ini hari
jumat, khusus untuk anak laki-laki semua bersiap-siap untuk melaksanakan shalat
jumat di masjid milik sekolah.
Waktu
berjalan begitu cepat, akhirnya selesai shalat jumat kita kerumah nurul,
kecuali fahmi.
Sesampainya
dirumah nurul.
“oke
yang pertama kita bikin power point” kataku
Disaat
kita bertiga nurul, pandu dan aku sibuk dengan power point dan mencari pentanyaan
yang pas untuk narasumber. 3 alien ini (wina, dicky, afaldy) sibuk dengan
bercandaan yang kocak abis, sebenarnya sih mereka cuman ikut-ikutan ngerjain
aja. Padahal mereka gak sama sekali mikir, mereka hanya sebagai penghibur kita
bertiga dikala sedang mumet.
Waktu
berjalan secepat kilat waktu menunjukkan pukul 14.30 lewat, kita semua
berpamitan pulang. Saat perjalanan pulang aku dan wina sambil berjalan keluar
kita bercanda asik dengan leluconnya afaldy. Keesokan harinya minggu disiang
hari, ketika aku sedang membuka lemari buku, aku teringat bahwa ada tugas-tugas
sekolah yang harus diselesaikan, sambil mengerjakan tugas aku mencari buku
catetan harianku disitu tertulis bahwa ada alamat, no hp, pin bbmnya pak
adinugroho.
“mana
ya, kalo gak salah, bindernya warna kuning deh” kataku sambil mencari-cari
“akhirnya
dapat juga” langsung aku mengirim pesan messenger ke nurul yang berisi
“nurul
ini alamatnya jln. Rukun yang aku bilang psikolog itu, namanya pak adinugroho,
nanti sore kalo kamu lagi main sambil di cari ya alamatnya, jadi besok tinggal
di datengin aja rumahnya, tapi kalo kamu lagi tidak main tidak perlu di cari, besok senin abis pulang
sekolah kita cari bareng-bareng ya,” kataku dalam pesan messenger
Keesokan
harinya, hal yang paling sering nurul lakukan adalah dia suka terlambat 10-15
menit. Saat guru menjelaskan pelajaran dengan infocus nurul bersalaman dan
bergerak cepat mendekati bangkunya, sambil melepaskan tasnya ia mendekati
kepalanya ketelingaku sambil berbisik bahwa ia sudah menemukan letak rumah
psikolog
“yaudah
iya, udah iya nanti aja kita bicarakan pas istirahat aja, bu nurbaiti udah melirik
kita tuh”
Setiap
ada waktu luang biasanya kita pakai untuk berdiskusi dan berbagi tugas
masing-masing, seperti waktu-waktu istirahat dan sedang tidak ada guru dikelas.
Segala
cara sudah dilakukan untuk mewawancarai narasumber psikolog tersebut, dari
mulai SMS, lewat aplikasi kirim pesan, telpon, dan itu semua tidak ada
hasilnya, akhirnya hanya ada satu jalan lagi demi mewawancarai psikolog
tersebut, yaitu mendatangi alamat rumahnya yang tempatnya tidak jauh dari
sekolah kami dan rumah nurul.
Sepulang
sekolah aku dan nurul bergegas pergi untuk mencari rumah psikolog.
Sesampainya
di gang rukun, kita berdua mencari nomor rumah 1 A, yang berada di depan
warung.
“ini
rumahnya” kata nurul sambil berdiri di depan rumah yang kami tuju.
“assalammualaikum”
kataku pada pemilik rumah
“assalammualaikum,
assalammualaikum” kataku memanggil pemilik rumah.
Tampak
seorang anak SD yang berdiri di depan rumah, Aku pun langsung menghampiri anak
kecil tersebut.
“assalammualaikum
de, kakak mau tanya ini benar rumahnya pak adi?” kata ku bertanya pada anak tersebut
“hmm
iya benar?” kata anak kecil tersebut
“pak
adi pulangnya jam berapa?” tanyaku pada anak kecil tersebut
“pulangnya
kadang sore, kadang malam” jawab anak kecil tersebut
“oh,
sore kalo gak malam ya” kataku dengan nada yang rendah, aku berfikir kalo sore
atau malam berarti aku kerumahnya lagi sore, kalo gak ada malam, sedangkan
rumahku jauh, gimana ya?
“ini
gak ada ibunya, neneknya atau kakaknya gitu” kataku dalam hati
“kamu
anak nya pak adi ya” kataku pada anak tersebut
“hmmm
iya” jawab anak kecil tersebut
Lalu
si anak itu masuk ke dalam rumahnya mungkin si anak kecil itu takut padaku
sangkanya aku penculik, lalu nurul menghampiriku.
“gimana?
bener rumahnya?” Tanya nurul padaku
“iya
bener, itu tadi anaknya” jawabku
“yaudah
coba kamu panggil lagi,” kata nurul
“assalammualaikum,
assalammualaikum” kataku
Sambil
menunggu kita berbincang-bincang mengenai tugas. Tak lama keluar seorang ibu.
“waalaikumsallam”
jawabnya
“maaf
ya neng ibu tadi lagi shalat dzuhur, jadi gak tahu kalo ada tamu di luar, iya
ada apa ini neng” kata si ibu tersebut.
“iya
gak apa-apa ibu, maaf kita mengganggu ibu, saya muridnya pak adi sewaktu di SMP
Bunga Bangsa, jadi gini bu...” kataku sambil bersalaman dengan si ibu.
Belum
selesai bicara udah di suruh masuk.
“iya,
ayo sini masuk dulu, duduk dimana ya?” kata si ibu sambil menggenggam tanganku
dan kebingungan mencari tempat untuk kita duduk.
“gak
usah bu, gak usah repot-repot kita cuman sebentar kok bu, yaudah duduk di sini
aja bu” kataku
Tangan
ku terus di genggam, dan mengajak aku dan nurul untuk masuk kedalam rumahnya si
anak kecil tersebut,
“sebentar
dulu bu sepatu saya belum di lepas hehehe” kataku
“ooh
iya, lepas dulu neng sepatunya” kata si ibu sambil memerhatikanku melepas
sepatu.
“ibu
saya mau tanya ini benar, rumahnya pak adinugroho putra?” kataku pada si ibu.
“iya
benar” jawab si ibu
Tangan
ku kembali di gandeng oleh si ibu,
“sebentar
bu” kataku
“rul
motor kamu ada di depan, nanti takut hilang bawa masuk aja” kataku serasa
pemilik rumah.
“oohh
iya, bawa masuk aja neng motornya takut hilang” kata ibu pak adi pada nurul
Nurul
pergi keluar untuk membawa masuk motornya, sedangkan aku masuk dan memulai
pembicaraan dengan ibu pak adi.
“iya
jadi gini bu, maksud dan tujuan kami datang kesini. Saya anak muridnya pak adi
sewaktu di SMP Bunga Bangsa. Sekarang saya sudah lulus dari SMP tersebut dan
sekarang sekolahya di SMA Bunga Pertiwi, kami mendapatkan wawancara b.indonesia
untuk mewawancarai narasumber psikolog jadi harus ada narasumber psikolognya
gitu bu, kebetulan tema yang kita bahas juga harus ada narasumber psikolog”
“oooh,
iya pak adi biasanya pulangnya sih kalo gak sore ya malam” jawab si ibu
“dicatet
aja kali ya neng, nomor telponnya biar nanti pak adi bisa telpon gitu, maklum ibu
suka lupa” kata si ibu
“oh
iya bu” jawab ku, aku mengeluarkan selembar kertas dan pulpen dari dalam tasku.
“ini
bu” kataku menyerahkan kertas yang telah tertulis nomor telpon ku.
“nanti
ibu sampaikan ke pak adi, mungkin pak adi agak lupa kali ya neng maklum soalnya
dia banyak muridnya neng” kata si ibu
Kita
sambil menuju keluar rumahnya untuk berpamitan pulang.
“iya
tidak apa-apa, soalnya satu tahun yang lalu” kataku pada ibunya pak adi.
“yaudah
nanti ibu sampaikan ke pak adinya, biasanya sih dia pulang sore kalo gak malam”
kata ibunya pak adi.
Nurul
bergegas mengeluarkan motornya.
“terimakasih
banyak ya bu, kita pamit pulang assalammualaikum” kataku dan nurul.
“iya,
waalaikumsalam” kata ibu pak adi.
Keesokan
harinya saat aku baru bangun tidur siang.
“nak
angkat telpon pak adi mau bicara” tulis pak adi melalui BBM.
“Waduuh
gawat, malu aku, malu banget bener-bener memalukan ini” dalam hatiku sabil
menepuk jidat ku.
Langsung
nyawaku berkumpul semua untuk berbaris dan masuk kedalam tubuh. Tak menunggu
lama jari jemari ku langsung membuka aplikasi BBM. Dan menjawab chatingan di
bbm.
“iya
pak” jawabku
Dia
langsung menelpon aku, aduh gimana nih aku harus apa ya, ooh iya mulut ku harus
ditutup oleh handuk nih biar gak ketawan baru bangun tidur. Aku menjawab telponnya
“iya
pak” kataku tanpa salam, mungkin nervous gara-gara tadi kali ya.
“kemarin
kerumah” katanya
“iya”
kataku
“oooh,
ada apa” tanya pak adi
“tugas
wawancara pak” jawabku
“temanya
tentang apa?” kata pak adi
“temanya
pelecehan seksual terhadap anak” jawabku
“kamu
berkelompok? Berapa orang?” tanya pak adi
“iya
berkelompok pak, kami tujuh orang” jawab ku
“hhmmmm
tujuh orang ya, saya ada narasumber hhmmm yang pernah mengalami itu hhhmm apa,
pelecehan seksual ya?” kata pak adi
“hhmmm
iya pak” jawabku
“dikumpulinnya
kapan nak?” tanya pak adi
“dikumpulinnya
besok pak kamis” jawab ku
“nanti
saya lihat scedule saya dulu ya nak, kapannya nanti saya kabarin” kata pak adi
“terimakasih
ya pak assalammualaikum” kataku
“iya,
waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh” jawab pak adi
Keesokon
harinya aku memberikan kabar tentang narasumber psikolog pak adi kepada
teman-teman kelompok, paginya sekitar pukul jam delapan lewat pak adi mengirimi
ku pesan SMS yang berisi
Isi
pesan “nak scedule saya ada hari sabtu tapi pagi jam 7, karena siangnya jam 11
saya harus mengisi acara seminar. Adi” tulisnya di pesan SMS.
“gimana,
ada kabar lagi gak? Pak adi udah kirim scedule melalui SMS?” kata pandu
“katanya
pak adi bisanya hari sabtu jam 7 pagi soalnya siangnya jam 11 dia mengisi acara
seminar” jawabku
“ooh
yaudah berarti kita udah fix nih narasumber psikolog pak adi, tinggal cari
narasumber tokoh agama” kata pandu
“kemarin
pak adi kasih recomendasi kalo mau dia ada korbannya, kata pak adi mau gak ndu?”
tanyaku
“gak
usah” jawab pandu
Akhirnya
aku mengirimkan pesan lewat BBM
Isi
pesan “assalammualaikum maaf mengganggu jam kerja bapak hari ini, kami sudah
ada untuk mewawancarai korbannya pak. Terimakasih wasalammualaikum”
Tak
menunggu lama pak adi mengirimkan striker bergambar jempol, yang artinya oke.
“udah
tuh katanya oke” kataku pada mereka.
Matanya
reza melirik-lirik kearah kelompok kami, yang sedang bicara mengenai wawancara dengan
psikolog.
“kenapa
matamu mengawasi kita terus” kataku
“iih
sorry ya aku bukan mata-mata, ge-er!” jawab reza dengan mata sinis
Keesokan
harinya hari jumat kita masih sibuk untuk merapihkan pertanyaan-pertanyaan yang
kemarin kita buat setelah sepulang sekolah kemarin, kita juga masih
membicarakan pakaian apa yang kami pakai saat
wawancara besok.
“eh
berarti besok kita sudah siap ya, wawawancara jam 7 tapi kita kumpulnya jam
06.00 pagi, besok pake baju bebas tapi sopan dan atasannya pakai jas almamater
sekolah” kataku
Setiap
kelompok kami mengadakan perundingan mengenai wawancara, reza selalu saja,
mengetahui informasi mengenai kelompok kami yang besok mulai wawancara dengan psikolog.
“berarti
besok kumpul semuanya di sekolah ya, nanti kalau sudah kumpul semua setelah itu
kumpul di gang rumah, nanti aku jemput” kata nurul pada pandu
“iya
rul, berarti besok ngumpul sekitar jam 06.00 pagi di sekolah” kata pandu
Tiba-tiba
si reza berbicara dengan pandu bisik-bisik dengan suara kecil.
“besok
kalian pada mau wawancara?” tanya reza pada pandu dengan suara kecil
“iya,
kenapa?” jawab pandu
“aku
masuk ke kelompok kamu, boleh kan? Aku minta nomor hp mu” kata reza pada pandu
memaksakan kehendaknya
“ni
nomor hp ku, kalau mau masuk ke kelompok ini, tanya yang lain pada mau gak?”
jawab pandu sambil memberi nomor hpnya
“aku
bilang ke biandira aja” jawab reza
“aku
minta nomor hp kalian” kata reza sambil memberi selembar kertas padaku dan
nurul
“untuk
apa” kata ku
“aku
mau masuk kelompok kalian, kelompok aku tidak bersemangat aku juga bingung itu
pada gak ada yang mengerjakan” kata reza
“ini
nomor hp ku ada dua” kataku
“dua-duanya
aktif kan nomornya?” tanya reza
“iya,
tapi yang paling sering aktif hpnya, yang nomor ini” jawab ku sambil
menunjukkan nomor hp ku pada reza
“berarti
aku telfonnya yang ini ya” kata reza
“iya”
jawab ku
“besok
pakai baju apa nih?” kata reza
“pakai
baju bebas dan almamater sekolah” kataku
Malam
harinya, aku mempersiapkan pertanyaan yang akan ditanyakan besok untuk
narasumber psikolog, ada kalimat yang kurang pas dalam pertanyaan maka aku
merubahnya, dengan dibantu oleh ibu ku, agar pertanyaannya mudah dimengerti dan
ringkas.
Pada
keesokan harinya semua yang diperlukan untuk wawancara sudah masuk ke dalam tas
ku, aku berangkat pagi-pagi dengan tergesa-gesa. Sesampainy a di sekolah ternyata baru ada fahmi, maka
aku memutuskan untuk menunggu yang lainnya di gang rukun.
Ketika
sedang menunggu teman-teman di gang rukun, aku mengirim pesan lewat BBM pada
teman sekelompok. OH YA TUHAN!!! Jawaban mereka membuat aku gemas.
“tunggu,
aku mandi dulu” jawaban nurul
“ya
ALLAH dia belum mandi” dalam hatiku
“lagi
di jalan, dari kamar ke kamar mandi” jawaban dicky
“baru
selesai cuci motor” jawaban pandu
“baru
selesai bangun tidur” jawaban wina
“sorry
gak ikut hari ini ada acara keluarga” jawaban afaldy
Hhhhuuuuuh!!!!!!!!
30
menit kemudian pandu dan dicky datang. Sambil menunggu nurul datang, kita berbincang-bincang
sebentar, akhirnya kita memutuskan untuk mendatangi rumah nurul, yang tak jauh
jaraknya dari rumah psikolog
Sesampainya
di rumah nurul, tiba-tiba handphone ku berbunyi.
“assalammuaalaikum,
ini reza jadi wawancara pagi ini?” tanya reza dengan suara malas baru bangun
tidur
“waalaikumsalam
jadi laaah rezaaaaaa, psikolognya maunya sekarang pagi ini, sudah ku bilang
kemarin di sekolah, datang pagi ke sekolah jam 06.00 kumpul nanti berangkatnya
bareng-bareng kan kamu juga gak tau rumahnya nurul dimana” kataku dengan nada
sedikit mau marah
“yaaaelaah
aku baru bangun tidur” jawab reza
“sudah
mandi belum?” tanyaku dengan nada agak sedikit mau marah
“belum
nih, aku inget kalo sekarang wawancara” jawab reza
“yaudah
kamu kan belum siap-siap nih, besok aja kamu ikut wawancara korban sama tokoh
agama” kataku
“sekarang
kalian dimana?” tanya reza
“kita
lagi di rumah nurul sebentar lagi sudah mau ke rumah psikolog, soalnya
psikolognya sudah menunggu dari tadi, sedangkan sekarang aja sudah jam 08.00
pagi” kataku
“memang
rumahnya psikolog dimana sih?” tanya reza
“di
dekat rumahnya nurul, gang rukun, cuman beda gangnya aja” jawabku
“duuh,
kok aku makin bingung ya, aku gak tahu daerah itu” kata reza
“terserah
deh, kalo bingung, yaudah ya assalammualaikum” kataku sambil menutup telpon
“waalaikum
salam” jawabnya
“eh
tadi reza telpon katanya dia mau ikut, sedangkan ini sudah mau jam 08.00, nanti
katanya dia telpon kamu, minta jemput di gang rukun, aku sudah katakan tidak
perlu datang, nanti saja wawancara korban dan tokoh agama, dia maksa mau ikut
ya sudah aku iyain saja” kataku
“yaudah
biarkan saja, kalau dia mau ikut” kata dicky
Kita
pun berangkat ke rumah pak adi.
Sesampainya
dirumah pak adi, pak adi mendengar suara motor lalu dia belum keluar pak didi
mengatakan untuk memasukkan motornya kedalam pager rumahnya, kita juga disuruh
buka pager dan pagernya itu dibuka susah banget.
“buka
pagernya” kata pandu menyuruhku
“ini
susah dibukanya, pagernya udah karatan pandu, ini harus dipakai minyak dulu
biar licin iiiihhh!” kataku sambil berusaha membuka pagernya
Beberapa
menit kita mencoba untuk membuka pintu garasi tidak ada yang berhasil, oleh ke
lima orang.
“bisa
bukanya?” tanya pak adi sambil berjalan menuju ke arah kami.
“gak
bisa pak!” jawab kami serempak.
“mana
biandira?” tanya pak adi.
“itu
tuh pak biandira” jawab nurul sambil menunjuk ke arahku.
“yuk
masuk yuk” kata pak adi sambil membukakan pintu garasinya.
Setelah
kita masuk dan duduk dirumahnya mulai perbincangan perkenalan kita semua satu
persatu, dengan dipimpin oleh ku. Saat baru saja duduk handphoneku bergetar ada
telpon masuk tapi aku langsung mematikannya, karna wawancara segera dimulai.
“assalammuaalikum
pak adi, hmmm bagaimana kabar bapak pada pagi hari ini?” tanyaku sebagai salam
sapa pembuka wawancara
Mulailah
wawancara kami dengan psikolog pada pagi hari ini, wawancara ini berlangsung
cukup lama, Setelah wawancara selesai kami pulang ke rumah kami
masing-masing.
Pada
saat hari senin, reza tampak muka kesal denganku, dia menceritakan kejadian
kemarin saat dia menunggu di gang rukun.
“kemarin
kenapa kalian tinggalkan aku dan aku dibiarkan untuk tidak datang? Aku sudah menunggu
di gang rukun lama banget, aku menunggu setengah jam, aku telpon kalian semua
gak diangkat, biandira kan punya nomor hp dua, aku telpon nomor yang pertama
gak diangkat, lalu telpon nomor keduanya ada dari operatornya
“maaf
sedang rapat harap menunggu sebentar” suara operator, kata reza
“kalian
membuatku kesal” kata reza
“kita
semua sudah katakan kalau wawancara akan dimulai jam 07.00 pagi, dan karna
pasti ada yang telat jadinya jam 06.00, kemarin aja masih belum siap-siap
dicky, pandu, wina, dan nurul, kita menunggu kamu gak datang-datang akhirnya
kita semua angsung pergi ke rumah psikolog” kataku
“haaahahaahaha,
kita juga lupa sama kamu, kita ingatnya wina aja yang belum datang” nurul dan
pandu tertawa mendengar jalan ceritanya reza.
“kita
gak tahu kalau kamu sudah menunggu di gang rukun” kata dicky dengan
senyum-senyum
”HEEY!!
Kalian dengar nih ya semuanya, biarpun aku belum mandi, aku sudah pakai minyak
wangi, sudah sikat gigi, memakai pakaian seragam sekolah rapih, dan aku sambil
menunggu kalian” kata reza dengan nada kesal dan tatapan sinis pada ku.
“kemarin
tuh ya, saat aku sambil duduk diatas motor, di depan rumah orang, aku
celingak-celinguk memperhatikan lingkungan sekitar, persis seperti orang bodoh,
aku terus mencoba menghubungi kalian tapi tidak ada yang mau menjawab telpon
dari ku, kalian tahu gak? Aku ikut kelompok kalian itu karna di kelompok aku
yang dulu itu, membahas tema tentang tawuran antar pelajar, pastinya harus
mewawancarai narasumber dari kepolisian, kan kalian tahu kalau aku pernah ikut
tawuran dan pernah di tangkap polisi, pastinya kalian sudah tahu bagaimana
ceritanya aku bisa ikut tawuran, dikejar-kejar polisi sampai ketangkap, aku
sudah gak mau berurusan dengan polisi lagi, makanya aku gak mau ikut kelompok
aku yang dulu” kata reza menjelaskan dengan nada geram. Kami mendengarkannya
dengan khusyuk agar tidak melukai perasaannya yang lagi labil
“dan
herannya aku ketemu sama polisi yang pernah menangkap aku, tepat di depan rumahnya,
di tempat aku menunggu kalian dan yang lebih gak enaknya lagi saat aku putar
arah mau pulang, bertemu dengan seorang bapak yang menjadi korban atas
perbuatanku yang atap rumahnya pernah aku buat jebol. PARAH!!” kata reza dengan
suara mulai melemah, kita semua jadi iba, mendengarnya.
OOOHHH!!!
Jadi begini cerita tragisnya.
Pagi
itu, saat reza sedang menunggu teman-temannya, dengan diiringi sinar matahari yang
menyengat, jarinya sibuk berusaha menghubungi teman-temannya berkali-kali.
“ayo
dong dijawab telponnya” seru reza
“maaf
sedang rapat harap menunggu sebentar” terdengar jawaban operator disana.
“HEEY!!!
Sombong sekali kamu ini” reza memaki. Raut wajahnya kesal.
Lalu
ia meperhatikan seorang bapak yang sedang menjemur kasur, tatapan mereka beradu
pandang. Sepertinya reza mengenali wajah bapak itu, begitu juga dengan bapak
tersebut. Tubuh reza yang mudah dikenal berprawakan gemuk, tinggi dan berkulit
kuning langsat, amat diingat olehnya.
“hey!
Kamu yang bulan kemarin, ikut tawuran kan?” kata bapak itu.
“siapa
nama kamu,? Bapak sudah lupa”
Reza
mulai ingat ia berhadapan dengan seorang polisi yang pernah menangkap dirinya.
“oh
iya pak, saya reza” jawab reza dengan jujur
“sedang
apa kamu disini? Lagi, ada tawuran lagi?” tanya pak polisi itu
“ooh!
Engga pak, saya sedang menunggu teman” jawab reza agak gerogi
“mau
ada kerja kelompok, pak, menunggunya di jalan ini” jelas reza
“loooh!
Kok kamu menunggunya sendiri, yang lain mana?”
“awas
ya tawuran lagi, jangan main-main loh”
“engga
pak, sungguh. Saya sudah kapok! Saya lagi menunggu teman mau mengerjakan tugas
sekolah” jawab reza menegaskan.
Bapak
polisi itu terus mengawasi gerak-gerik reza, diawasi seperti itu, reza mulai
merasa tidak nyaman berada di lingkungan tersebut.
“aku
harus pergi” kata reza dalam hatinya.
“maaf
pak saya pamit pulang kerumah saja, ternyata teman-teman saya sudah pergi
dahulu” kata reza seraya pamit pergi.
“iya,
silahkan” jawab pak polisi seraya berlalu juga dari tempat itu.
Baru
saja, reza pergi dari jalan itu sekitar 25 meter, seketika ban motornya kempes,
“ooh,
cobaan apalagi ini” gerutu reza.
“baru
saja terlepas dari suasana yang gak enak”
Seorang
bapak menghampiri reza.
“ban-nya
bocor ya” tegur bapak itu
“iya
pak”
“eh....
kamu?” kata bapak itu, rupanya ia mengenali reza.
“kamu
kan yang pernah naik ke atap rumah saya, waktu itu kan,? Ingat gak?” katanya
lagi.
Reza
teringat, saat ia tawuran dimalam hari
dengan kelompok sekolah lain, dan ia berusaha menyelamatkan diri dari kejaran
polisi, hingga naik ke atap genteng rumah warga.
“i-i-i-i-i-ya
pak,” jawab reza, keringat sebutiran butiran jagung mengalir dari tubuh reza.
“iya
tapi kan sudah diganti rugi dengan ibu saya” katanya.
“iyaa,
terus kamu kenapa ada disini?” tanya bapak itu.
“saya
hanya lewat disini aja” jelas reza.
“OH
YA Allah, jalan ini ternyata pernah menyimpan pengalaman yang buruk” kata reza
dalam hati sambil memperhatikan lingkungan sekitarnya.
“ya
sudah, jangan macam-macam lagi, disekitar sini ya”
“diujung
gang sana ada tukang tambal ban, gak jauh kok” kata bapak itu.
Secepatnya
reza mendorong motornya dan pergi.
“aku
gak mau ke tambal ban itu, biar aku cari sendiri tempat tambal ban yang lain,
masih banyak kok tempat tambal yang lain”
“aku
gak akan ke jalan itu lagi, sampai seumur hidup.” Dalam hati reza.
Sambil
ia terus mendorong motornya hingga melewati tukang tambal ban, sampai terus
menyebrangi jalan raya, dan mencari tukang tambal yang lain. Disebrang jalan.
Begitulah
jalan ceritanya.
Akhirnya
setelah itu reza pindah kelompok lagi ke tempat asal kelompoknya.
“looh
kok, kamu pindah kelompok lagi, kamu kan sudah wawancara dengan korban?” tanya
pandu.
“kelompok
kalian terlalu lama dalam menyusun hasil wawancara narasumber” jawab reza.
“YA,
IYALAH! Dari mencari psikolog, mencari tokoh agama, menyusun pertanyaan, dan meng-edit
hasil video wawancara, semuanya biandira! Egois banget tuh” kata pandu di depan
teman kelompoknya.
“yaudah
sih, kan tugasnya juga sudah selesai” kataku.
Ternyata
kemarin, kelompoknya reza sudah ganti judul, kenapa tidak dari dulu saja reza
memberikan saran untuk ganti judul. Kan jadinya gak akan ada peristiwa yang
dialami reza. Itulah kalau dia terlalu ingin mencari yang gampangnya aja. Gak
mau yang susahnya, atau memang harus seperti itu?. Begitulah jalan ceritanya. Itulah takdir.
Dia harus mengalami dejavu beneran.
.
.
.
.
.
Alhamdulillah Cerita ini akhirnya selesai dan bisa dijadikan kenangan bersama teman-teman sewaktu SMA. InsyaaAllah Semoga kita selalu diberi kesehatan. Dan Allah SWT akan memberikan jalan keluar (kemudahan) disetiap kesulitan dan insyaaAllah akan Allah Kasih yang terbaik disetiap apa yang kita inginkan dan dibarengi dengan usaha dan do'a. Terimakasih banyak kepada teman-teman yang sudah membantu tugas ini selesai. (12-03-2016)
Comments
Post a Comment